Saturday, August 12, 2006

Daripada di Indonesia digaji tujuh ratus ribu!

Ini satu sisi kelam wajah dunia pendidikan di Indonesia. Salah seorang doctoral student yang saya temui di Kyoto Daigaku, dia mendapat beasiswa Monbusho sejak S-2 di Kyoto Univ dan seorang CPNS di satu PTN di Indonesia, mengaku bahwa dia tinggal dan studi bukannya karena senang. "Habis gak ada pilihan lain Mas!" "Kalau saya balik ke Indonesia terus bekerja di kampus sebagai CPNS saya cuma digaji Rp 700 rb, mana tahan Mas! Jadi saya gak ada pilhan lain, mendingan saya di Kyoto sebagai mahasiswa dengan beasiswa yang 'agak lumayan'. Dan teman saya ini tak terlalu salah. Bisa dibayangkan, seorang mahasiswa S3 berstatus CPNS saja masih khawatir dengan gaji di Indo, bagaimana pula dengan guru SD?
walhasil, banyaknya terjadi fenomena brain-drain, lulusan luar negeri yang enggan kembali ke Indo -bukan karena tak cinta tapi karena tak tahu mau bekerja dimana- lalu memilih bekerja di luar negeri dengan memanfaatkan keahliannya yang relatively lebih dihargai di LN suatu pilihan yang sulit tapi juga tak terlalu salah.
Maka, mari tinjau kembali pepatah : hujan emas di negeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri...
karena, sekarang ini abad borderless...so orang berpikir dimana saja dia tinggal di dunia sama saja, sama-sama bumi Allah SWT and dia tetap well-connected to Indonesia...
CSEAS, 12 August 2006

0 Comments:

Post a Comment

<< Home