Silent Community
Masyarakat Jepang, khususnya yang saya lihat di Kyoto, Tokyo dan Mito tampaknya amat menyukai ketenangan. Coba saja lihat di jalan-jalan, tak banyak orang nongkrong, berkeliaran, ataupun ngobrol. Semua sibuk dengan dirinya masing-masing. Di kereta api misalnya, alih-alih ngobrol dengan sesama penumpang, mereka lebih disibukkan dengan membaca buku, bermain keitai (handphone) entah nge-email or SMS ataupun tidur. Yang masih kelihatan rame cuma anak sekolah. Biasanya anak2 sekolah perempuan suka jalan bareng-bareng dan ngobrol kiri kanan. Ajaibnya, ketika masuk gerbong kereta mereka jadi senyap. Sibuk dengan dirinya sendiri-sendiri. Kalau ada yang berisik biasanya orang asing (gaijin). Itu juga yang saya lihat di jalur Keihan, Kowata - Demachinayagi. Satu ketika masuklah empat orang berwajah dan berbahasa Arab. Mereka masuk dengan berisik lalu dengan santainya satu orang tidur-tiduran/ berbaring di gerbong yang rada sepi. Buat standar orang Jepang kelakuan tersebut gak pantas. Sedihnya, keempat pemuda tersebut berwajah dan berbahasa Arab yang simply associated as muslim.
Anyway, ketenangan ini juga tampak dari pilihan cara ber-handphone orang Jepang. Hampir selalu keitai mereka di set dalam format silent dan vibrator. Jarang ada ring tone yang macam-macam. Mereka juga gak biasa terima telpon di dalam kereta atau bus. Bandingkan dengan Indonesia...

0 Comments:
Post a Comment
<< Home